Ilustrasi Alexei Navalny. Foto: Reuters

Alexei Navalny, salah satu figur oposisi terbesar di Rusia, divonis penjara 2 tahun 8 bulan oleh pengadilan Rusia pada Selasa (03/02) waktu setempat. Vonis tersebut didasarkan kepada putusan pengadilan yang menyatakan Navalny melanggar masa percobaannya dengan pergi ke Jerman untuk melakukan pengobatan setelah dirinya diracuni pada tahun 2020 silam. Menghadapi putusan tersebut, Navalny mengecam putusan tersebut sebagai “usaha sia-sia Kremlin” untuk memaksa jutaan warga Rusia patuh kepada pemerintah.

Vonis penjara tersebut menambah reaksi keras dari sejumlah masyarakat Rusia di sejumlah kota yang memprotes penangkapan Navalny. Sebelumnya, di puluhan kota di Rusia, berbagai kelompok masyarakat telah turun ke jalan untuk mendukung Navalny dan mengecam pemerintahan Putin. Pihak berwenang Rusia merespon protes tersebut secara besar-besaran, salah satunya menangkap 5.000 demonstran di 85 kota di Rusia. Dilansir dari The New York Times, respons besar-besaran tersebut menjadi sinyal adanya kepanikan di dalam Kremlin terhadap kemampuan Navalny menyatukan berbagai pihak oposisi untuk melawan Presiden Vladimir Putin.

Reaksi terhadap vonis dan demonstrasi tersebut tidak hanya datang dari dalam negeri saja melainkan juga dari luar negeri. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken telah meminta pemerintah Rusia untuk membebaskan Navalny segera dan tanpa syarat. Protes yang sama juga datang dari Inggris, Jerman, dan Prancis. Rusia membalas seruan tersebut dengan menyebut AS mendukung protes Navalny sebagai “strategi untuk mengekang Rusia”.

Alexei Navalny sendiri merupakan figur oposisi yang paling berpengaruh di Rusia. Dengan ratusan ribu hingga jutaan pengikut di Twitter, YouTube, dan platform media sosial lainnya, Navalny berupaya memberantas korupsi yang menjadi “penyakit” dari pemerintahan Rusia saat ini, terutama Vladimir Putin dan Partai Rusia Bersatu (United Russia). Tidak sampai di situ, Navalny juga berhasil menggerakkan massa untuk melakukan protes terhadap pemerintah Rusia yang memuncak pada protes berskala besar dan nasional sejak 2011 hingga sekarang. Kemampuan oposisinya tersebut membuatnya dijuluki sebagai “Manusia yang Paling Ditakuti Putin”.

Karena sikap oposisinya yang keras tersebut, tidak jarang Navalny harus berhadapan dengan pihak berwajib Rusia atas berbagai tuduhan yang dianggap politis. Pada 2013 dan 2014, Navalny divonis penjara 5 dan 3,5 tahun dengan masa percobaan karena kasus penipuan serta pencucian uang. Dalam masa percobaan, Navalny diracun dengan Novichok yang hampir membuatnya meninggal pada 2020 sehingga ia segera diterbangkan ke Jerman untuk pemulihan. Pemulihan di Jerman itulah yang menyebabkan ia didakwa melanggar syarat masa percobaan dan ditangkap sekembalinya dari Jerman.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *