Belajar dari Ultraman: Mengejar Perdamaian Tanpa Akhir!

0

Ilustrasi Ultraman. Foto: Tsuburaya Productions

Baru-baru ini saya baru saja menonton ulang serial Ultraman lama keluaran 1966 sebagai bentuk nostalgia dan rasa penasaran saya terhadap jalan cerita serial fantasi tersebut. Jujur, saya sangat takjub melihat teknologi-teknologi rekaan tahun 60-an yang muncul dalam serial tersebut. Teknologi seperti pesawat jet yang dapat pergi ke luar angkasa dan kembali dalam hari yang sama, penerjemah bahasa alien, dan pistol bertenaga sinar gamma terkontrol adalah teknologi yang sangat tak terpikirkan pada era tersebut. Karena Ultraman berlatar waktu tahun 1990-an, dapat diasumsikan orang Jepang berandai kalau perkembangan ekonominya yang kuat pada era tersebut akan bertahan lama dan menghasilkan revolusi teknologi dalam 30 tahun.

Struktur Episode Ultraman dan Monster yang Terus Menguat

Latar fantasi yang dibawa Ultraman menggambarkan dunia berteknologi tinggi yang menampilkan negara-negara yang memiliki kapabilitas bertahan dari serangan satu sama lain. Penggambaran tersebut adalah perkiraan dunia yang mencapai titik maksimal keamanan dan dapat dikatakan dunia idealis yang penuh kedamaian. 

Tujuan Ultraman di sini bukanlah mempertunjukkan kualitas dunia yang “damai” tersebut, melainkan ia berusaha menunjukkan bahwa tidak ada dunia yang bisa “damai”. Hal tersebut adalah suatu hal yang berusaha ditanamkan Ultraman pada pikiran Anda ketika menontonnya.

Episode pertama Ultraman menampakkan monster bernama Bemular, yang datang secara mendadak ke bumi setelah ia berhasil melepaskan diri dari Kuburan Monster di Angkasa. Kuburan Monster nantinya akan dibahas lebih lanjut di seri Ultraman berikutnya, tetapi pada episode ini kuburan monster dinilai sebagai tempat misterius yang tidak diketahui manusia. Ketika Bemular muncul dan dideteksi oleh Science Special Search-Party (SSSP), serangan torpedo diluncurkan oleh Shin Hayata menggunakan kapal selam S16 milik SSSP. 

Jika Anda sering menonton alur serial Ultraman, Anda mengerti bahwa serangan tersebut akan gagal dan Ultraman akan muncul menyelamatkan umat manusia. Susunan episode ini memberikan implikasi bahwa organisasi keamanan terkuat dunia sekalipun tidak memiliki kapabilitas untuk menghalau ancaman yang datang secara mendadak tanpa bantuan Ultraman.

Susunan episode tersebut adalah cara Ultraman menyatakan bahwa manusia tidak akan pernah tahu dari mana ancaman akan datang dan ancaman bisa saja di luar kemampuan manusia. Keberadaan Ultraman di sini bukanlah sebagai simbol pahlawan yang menyelamatkan manusia, tapi sebagai tokoh yang menghilangkan ancaman sekarang agar audiens dapat melihat ancaman berikutnya. 

Episode Ultraman pun membawa monster yang terus memiliki kemampuan dan asal yang berbeda-beda. Sebuah pola yang tampak adalah bagaimana pun SSSP berusaha mematikan ancaman, mereka selalu harus bergantung pada Ultraman. Ultraman seolah sosok Tuhan yang menyelamatkan manusia disaat manusia tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Mungkin ada kaitannya dengan bagaimana Jepang menggambarkan Ultraman sebagai Tuhan sampai adanya permasalahan pelarangan buku Ultraman di Malaysia, tetapi itu bahasan untuk tulisan lain.

Monster yang Muncul Mendadak

SSSP yang mempunyai teknologi defensif terbaik di dunia pun terpaksa melakukan inovasi terus-menerus untuk mengalahkan monster yang semakin hari semakin kuat. Hal tersebut membuat SSSP menciptakan senjata yang terkadang hanya digunakan sekali dan tidak pernah digunakan lagi atas dasar ketakutan spesies monster yang sama mungkin kembali. 

Hal yang sama mungkin bisa kita lihat dari perkembangan senjata pertahanan manusia. Manusia telah berevolusi dari tombak kayu menjadi senjata nuklir mengikuti kebutuhan manusia akan senjata yang dapat mempertahankan diri mereka sendiri. Memang banyak yang menyatakan bahwa nuklir mungkin adalah pertahanan terbaik atas dasar deterrence yang mereka bawa, tetapi bukan berarti tidak pernah terpikirkan teknologi penahan nuklir. Contohnya konsep Strategic Defense Initiative (SDI) yang sempat dipikirkan Reagan. Teknologi tersebut mungkin tidak jadi diimplementasikan karena dinilai mahal dan tidak perlu, tetapi hal tersebut membuka kemungkinan adanya teknologi penangkal senjata terkuat saat ini, yakni nuklir.

Alasan Ultraman menggunakan konsep alien untuk menyimbolkan ancaman yang akan muncul adalah untuk menunjukkan ketidakjelasan sebuah ancaman. Dunia selalu berusaha untuk mempersiapkan semua teknologi spekulatif untuk mencegah permasalahan yang muncul di masa depan. Hal-hal seperti itulah yang melahirkan detektor bencana alam dan pemeriksaan keamanan di bandara. Akan tetapi, ketika kita dihantam oleh pandemi COVID-19 seperti kemarin, dunia panik dan tidak dapat menangkal ancaman dengan cepat. Hal seperti itu menandakan teknologi spekulatif hanyalah sebatas namanya, yakni spekulatif. Kenyataannya dunia harus mengalami ancaman terlebih dahulu dan menemukan solusinya, bukan sebaliknya.

“Perdamaian” yang Dikejar SSSP

Dalam Ultraman, SSSP sering menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk melindungi heiwa atau world peace. Hal tersebut seringkali berkontradiksi dengan pergerakan SSSP. Mereka sering kali melakukan riset dan misi ke luar angkasa untuk menemukan hal baru. Jika SSSP benar-benar ingin mempertahankan perdamaian di dunia, mereka harusnya berhenti melakukan misi luar angkasa dan hanya fokus untuk melindungi bumi di saat ada ancaman yang muncul. Akan tetapi, SSSP melihat ekspansi dan penaklukan potensi ancaman di luar angkasa sebagai bentuk pertahanan spekulatif dan di sinilah mereka sering membawa celaka kepada diri mereka sendiri.

SSSP menilai bahwa perdamaian hanya akan tercipta jika dunia berhasil mematikan semua kemungkinan ancaman. Hal tersebut amat mirip dengan sistem intervensi dalam politik internasional, yakni sistem yang membiarkan negara besar mengurusi urusan negara lain dengan alasan memenuhi kepentingan tertentu. 

Melihat celaka yang didapatkan SSSP setiap kali mereka berusaha untuk melakukan ekspedisi seperti pada episode 23 “My Home Is Earth” ketika astronot kiriman mereka malah kembali ke bumi sebagai monster yang ingin membalas dendam, jelas kelihatan sentimen Ultraman terhadap intervensionisme. Ultraman mengkritik pola pikir negara besar yang intervensionis dengan menyampaikan ironi bahwa pencarian perdamaian hanya akan menghasilkan ketidakdamaian yang meluas.

Anehnya lagi, SSSP tidak pernah kapok untuk melakukan ekspedisi luar angkasa walaupun beberapa kali mereka harus diselamatkan oleh Ultraman

Keberadaan Ultraman membuat mereka tidak menyadari akan ketidaksiapan mereka untuk menghadapi ancaman tersebut. Ultraman sebenarnya ingin menyampaikan kepada audiens bahwa perdamaian yang dikejar oleh dunia tidak akan bisa tercapai. 

Hal itu disimbolkan dari kesombongan manusia yang masih memaksa untuk melakukan ekspansi setelah dunia damai seperti pelataran SSSP di Ultraman. Jika manusia benar-benar mengincar perdamaian, maka Ultraman hanya akan berhadapan dengan alien yang datang ke bumi. 

Kenyataannya, Ultraman terkadang harus menghadapi hasil dari kegagalan ekspedisi SSSP.

Mengejar perdamaian yang absolut daripada mempertahankan kondisi damai yang ada hanya akan mengakibatkan pada pengejaran kedamaian yang tidak berakhir. Ultraman menyimbolkan daerah intervensi sebagai luar angkasa yang tak terbatas jumlahnya. Jika negara terus mencoba menegakkan perdamaian dengan ikut campur pada masalah negara lain, hasil yang mungkin terjadi adalah rusaknya kedamaian tersebut. 

Kritik terhadap konsep perdamaian dunia ini adalah salah satu sentimen Jepang terhadap AS yang sempat mengambil alih pemerintahan negaranya pada masa pemulihan pasca Perang Dunia II. Jepang sendiri dapat memberi kesimpulan tersebut karena ledakan ekonomi yang mereka alami setelah AS melepas kendalinya.

Episode terakhir Ultraman, yang menampilkan kematian tokoh utama dan suksesnya SSSP menghancurkan monster Zetton secara mandiri seolah memberi simbol positif bahwa manusia suatu hari akan bisa menghadapi ancaman sendiri, tanpa bantuan Ultraman

Kenyataannya, ending episode yang menunjukkan Ultraman yang dihidupkan kembali dan bahwa ada puluhan serial lanjutan Ultraman dengan alur yang hampir sama menjadi pukulan ironis bagi penonton bahwa kita tidak akan bisa menghadapi ancaman tanpa keberadaan Ultraman. Serial ini seolah mengingatkan kepada penonton bahwa keangkuhan manusia yang didasari pertahanan yang dinilai “sempurna” itu tidak akan pernah ada, karena ancaman akan terus berevolusi kedepannya. 

Dari sanalah manusia akan terus mengejar perdamaian yang tidak akan pernah berakhir.

Albert Julio merupakan seorang mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Indonesia. Albert memiliki minat kajian politik, kebijakan luar negeri, dan media sosial. Dapat ditemui di Instagram dengan nama pengguna @im.the.aj

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *