Bijak Menggunakan Energi melalui Gaya Hidup Minimalis

0

Ilustrasi gaya hidup zero waste. Foto: Evreka

Less is More”, pepatah yang pertama kali dipopulerkan oleh arsitek minimalis, Ludwig Mies van der Rohe kini menjadi populer dalam konsep hidup minimalis yang mana sering dikaitkan dengan budaya konsumerisme masyarakat modern. Tentunya kata “minimalis” tidak lagi terdengar asing oleh berbagai kalangan, yang mana kata tersebut biasanya berkaitan dengan desain visual ataupun arsitektur bangunan. Namun pada artikel kali ini, kata “minimalis” yang akan dibahas berkaitan dengan gaya hidup dan bagaimana hubungannya dengan penggunaan energi. 

Memutuskan untuk menjalani hidup minimalis bagi sebagian orang biasanya diawali akibat adanya dorongan internal secara psikologis. Ada yang mendefinisikan hidup minimalis sebagai gaya hidup untuk meminimalisir berbagai distraksi atau kekacauan dalam hidup. Namun ternyata gaya hidup minimalis berkaitan erat dengan bagaimana kita menjalani hidup secara berkelanjutan. Memilih untuk hidup dengan prinsip minimalis bukan hanya akan membawa dampak pada psikologis tapi juga keseluruhan dampak dari kegiatan kita sehari-hari, termasuk penggunaan energi.

Benarkah menjalani gaya hidup minimalis dapat berpengaruh terhadap lingkungan?

Konsep gaya hidup minimalis sebenarnya sangat sederhana. Gaya hidup minimalis mengajak masyarakat untuk mengubah kebiasaan hidup sehari-hari menjadi lebih bermakna tanpa perlu selalu mengikuti tren masyarakat yang selalu berkembang. Kebiasaan yang dimaksud melibatkan pengurangan konsumsi, kepemilikan harta benda, dan pengaturan waktu kerja. Mereka yang mengadopsi gaya hidup minimalis juga mencoba untuk meningkatkan kemandirian dan menyederhanakan pola makan mereka sehari-hari. Inti dari hidup minimalis ialah “menyederhanakan hidup”. Dengan menjalani hidup yang lebih sederhana, rasa khawatir kita terhadap sesuatu yang tidak terlalu penting bagi kehidupan kita juga akan berkurang. Sehingga kita memiliki waktu lebih untuk fokus terhadap hal-hal yang lebih penting dan bermakna dalam hidup. 

Meski tujuan awal gaya hidup minimalis bagi sebagian besar orang ialah untuk kesehatan mental maupun ekonomi, namun secara tidak langsung menjalani hidup minimalis juga sangat menguntungkan bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan pola  konsumsi manusia berpengaruh besar terhadap kondisi lingkungan saat ini dan seterusnya. Tiap produk yang dibuat berawal dari pengumpulan bahan baku yang berasal dari sumber daya alam, proses produksi, proses pengemasan, distribusi, konsumsi dan pemakaian, hingga pembuangan. Dengan mengurangi konsumsi salah satu jenis barang saja kita telah mampu mengurangi energi yang digunakan dalam proses manufaktur dan distribusi, eksploitasi sumber daya alam, dan meringankan beban ulang. Mengingat sampah yang mampu didaur ulang di Indonesia juga masih sangat terbatas. 

Menurut Data Data Sustainable Waste Indonesia (SWI), tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia hanya mencapai sekitar 9-10% dari keseluruhan sampah yang terbuang tiap tahun-nya. Selain itu dengan meningkatkan daur ulang berarti energi yang diperlukan juga akan semakin besar. Kita perlu sadar bahwa sebelum suatu produk sampai ke tangan kita, membutuhkan energi yang besar untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Coba kita pikirkan kembali apakah suatu barang yang kita peroleh sepadan dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan?

Meskipun hidup minimalis terdengar seperti angan-angan saja yang tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat modern, namun kita dapat menerapkan beberapa prinsip minimalis pada sebagian hidup kita sehari-hari. Misalnya dalam mencegah pemborosan energi, selalu berpikir sebelum membeli sesuatu, dan menggunakan suatu produk dalam jangka lama. Perubahan kecil apabila dilakukan oleh banyak orang juga akan membawa dampak yang signifikan. Jangan berpikir bahwa konsep hidup minimalis berarti melarang dan menghalangi kita untuk membeli segala produk yang ada toko-toko. Yang ingin diajarkan oleh gaya hidup minimalis ialah sebaiknya kita mempertimbangkan kembali dan berpikir jangka panjang dalam mengonsumsi sesuatu.

Bagaimana konsumsi energi pada sektor rumah tangga di Indonesia?

Menurut Kementerian ESDM, hampir sepertiga konsumsi energi nasional terdapat pada sektor rumah tangga dengan angka tertinggi dibanding sektor lainnya. Pada tahun 2017, konsumsi energi pada sektor rumah tangga mencapai 382,9 juta BOE (Barrels Oil Equivalent), kemudian diikuti oleh sektor transportasi sebesar 361,7 juta BOE (29,31%) dan sektor industri yakni mencapai 273,86 juta BOE (22,19%). Lebih-lebih lagi dalam situasi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, yang mana sebagian besar orang dianjurkan untuk beraktivitas di dalam rumah menyebabkan konsumsi energi rumah tangga meningkat selama dua tahun terakhir. Konsumsi energi juga dipastikan akan meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan laju ekonomi di Indonesia. 

Konsumsi energi paling besar pada sektor rumah tangga terdapat pada penggunaan kulkas, AC, dan pompa air yang memakan sekitar 80% dari keseluruhan konsumsi energi rumah tangga. Hidup sebagai masyarakat modern membuat kita semakin banyak dikelilingi oleh berbagai peralatan elektronik untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya sebagian besar konsumsi energi pada sektor rumah tangga masih berasal dari energi fosil yang terbatas ketersediaannya. Penggunaan energi fosil juga berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca, termasuk karbondioksida  yang bersifat merusak lingkungan dan atmosfer. Hal ini menunjukkan pentingnya peran rumah tangga untuk lebih bijak dalam menggunakan energi. 

Pentingnya perilaku bijak menggunakan energi masih jarang digaungkan oleh pemerintah sendiri. Seberapa sering kita mengikuti atau hanya sekedar tahu adanya sosialisasi untuk bijak dalam penggunaan energi? Perilaku bijak dalam penggunaan energi perlu lebih disuarakan mengingat Indonesia juga sedang berupaya untuk beralih ke energi terbarukan. Perlu diingat bahwa pemerintah di Indonesia memiliki target penggunaan energi terbarukan dapat mencapai 23% pada tahun 2025. Sedangkan capaian penggunaan EBT (Energi Baru Terbarukan) di Indonesia pada 2020 baru mencapai angka 11,51%. Peralihan Indonesia menuju energi terbarukan perlu diimbangi dengan masyarakat yang sadar, cerdas, dan bijak dalam menggunakan energi.

Cerita dari Rumah Bea Johnson yang dapat kita tiru

Penggunaan energi terbarukan juga dapat diawali dengan diri kita masing-masing tanpa menunggu masa yang mana energi terbarukan menjadi “new normal”. Pendiri Zero Waste Home atau sering juga disebut sebagai Mother of Zero Waste Living, Bea Johnson menceritakan bagaimana akhirnya memutuskan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk rumah tangganya. Persiapan sebelum menggunakan PLTS, keluarga Johnson menerapkan salah satu langkah penting dalam konsep zero waste*, yaitu “Refused”. 

Mereka menolak untuk menggunakan energi yang dirasa tidak terlalu penting dengan mendonasikan beberapa peralatan rumah tangga, seperti coffee maker, food processor, vacuum cleaner, dan microwave. Mereka juga sering mematikan peralatan elektronik ketika sedang tidak digunakan, mengecat interior mereka dengan warna terang, dan menginstall dimmer*. 

Keluarga Johnson kemudian mulai beralih ke panel surya. Johnson sadar bahwa dengan meng-install surya panel di rumahnya merupakan bentuk investasi terhadap biaya listrik. Johnson menggunakan uang tabungannya untuk meng-install panel surya yang akan memenuhi 90% kebutuhan energi di rumah mereka selama 20 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebelum beralih ke energi terbarukan, keluarga Johnson secara tidak langsung telah menerapkan gaya hidup minimalis dengan mengurangi peralatan rumah tangga mereka yang tidak perlu sehingga menjadi lebih bijak dalam penggunaan energi. Penggunaan PLTS bukan hanya menguntungkan keluarga Johnson dari sisi biaya namun juga membantu melestarikan bumi.

Menyelamatkan bumi tidak selalu harus ikut serta dalam demo besar-besaran, mogok kerja, ataupun memboikot suatu produk tertentu. Dengan menerapkan gaya hidup minimalis, menjadikan kita bijak dalam bertindak dan mempertanggung jawabkan dampak dari aktivitas kita sehari-hari. Hal ini tentu bukan perjalanan yang mudah, mengingat kita masih dikelilingi oleh rumah tangga yang masih menggunakan listrik tidak terbarukan. Namun bukan berarti perubahan tersebut menjadi hal yang tidak mungkin. 

Dengan menerapkan hidup minimalis secara tidak langsung kita dapat menunjang kestabilan energi nasional dan kelestarian lingkungan. Karena menjaga kestabilan energi nasional bukan hanya tugas pemerintah namun juga tugas seluruh lapisan masyarakat sebagai pengguna yang bertanggung jawab. Meskipun menghemat konsumsi tidak akan menyelamatkan bumi seutuhnya namun kita dapat memperlambat laju kerusakan yang terjadi. Jika setiap orang mau menerapkan gaya hidup minimalis dalam aktivitas sehari-harinya, bisa jadi kita mampu mengubah pola pikir sosial dari yang konsumtif dan ‘doyan’ menumpuk profit berlebih, menjadi tumbuh bersama secara berkelanjutan.

Keterangan:

*Zero waste merupakan gaya hidup positif yang meminimalkan penggunaan bahan yang mencemari lingkungan dan menolak pemakaian bahan sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Zero waste populer dengan langkah 5R yaitu “Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot”.

**Dimmer adalah perangkat yang terhubung ke lampu dan digunakan untuk menurunkan kecerahan cahaya.

Referensi:

IESR. (Juli 2019). Buletin Energi Kita. http://iesr.or.id/wp-content/uploads/2019/08/Buletin-EnergiKita-Juli-2019.pdf 

Jay, Fancine. 2019. Seni Hidup Minimalis. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama

Kementerian ESDM. (2018, 12 Oktober). Hampir Sepertiga Energi Nasional Untuk Rumah Tangga. katadata.co.id. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/12/hampir-sepertiga-energi-nasional-untuk-rumah-tangga

Syahni, Della. (2019, 10 September). Daur Ulang Sampah Plastik di Indonesia Rendah. Mongabay. https://www.mongabay.co.id/2019/09/10/daur-ulang-sampah-plastik-di-indonesia-rendah/

minimalismco. (2020, 27 Juli). How to Become a Sustainable Minimalist. https://minimalism.co/articles/become-a-sustainable-minimalist

Wardhani, DK. 2018. Belajar Zero Waste: Menuju Rumah Minim Sampah. Pustaka RMA

Wright, Loveday. (2020, 6 Juni). Can a minimalist mindset help save the planet?. DW.com. https://www.dw.com/en/can-a-minimalist-mindset-help-save-the-planet/a-51733322 

Zafar, Salman. (2020, 6 Februari). How Living a Minimalist Lifestyle Can Help Our Environment. EcoMENA. https://www.ecomena.org/minimalist-lifestyle/

https://zerowastehome.com/2012/05/01/my-husbands-story-solar-energy/

Mahisma Driya Karenggani adalah Graphic Designer dan anggota Divisi Media Adidaya Initiative. Dapat ditemui di Instagram dengan nama pengguna @arthimsa

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *