Kunjungi Hongaria, Tucker Carlson Puji Pemerintahan Viktor Orban 

0

Ilustrasi jurnalis konservatif AS Tucker Carlson. Foto: Richard Drew/AP

Jurnalis konservatif tersohor Amerika Serikat Tucker Carlson mengunjungi Hongaria pada Kamis (5/8) waktu setempat. Dikutip dari BBC News, kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka mengikuti festival yang diadakan oleh Matthias Corvinus Collegium (MCC) di Esztergom.

Namun, kunjungan tersebut bukan kunjungan festival biasa. Pada saat yang bersamaan, Carlson juga menemui Perdana Menteri Viktor Orban. Jurnalis Fox News tersebut kemudian melakukan wawancara seputar politik AS dan Eropa dengan PM Hongaria tersebut.

Wawancara tersebut menjadi kesempatan Orban untuk mengkritik kebijakan Presiden AS Joe Biden di Eropa. “Seseorang yang tidak berbicara bahasa kita akan memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai Hongaria tanpa memahami dampak dari opini yang ia keluarkan,” ujar perdana menteri populis sayap kanan tersebut.

Ujaran tersebut merujuk kepada komentar Joe Biden yang menyebut bahwa Presiden AS sebelumnya Donald Trump—sekutu populisme Orban—mendukung “rezim totalitarian dan penjahat di dunia.”

“Kamu tahu, itu adalah hinaan pribadi kepada semua masyarakat Hongaria,” tambahnya, dikutip dari Fox News.

Tidak hanya mewawancarai Orban, jurnalis berusia 52 tahun tersebut juga mengunjungi perbatasan Hongaria dengan Serbia yang dipenuhi pagar kawat berduri. Dirinya memuji pagar perbatasan tersebut karena terlihat sangat “rapih dan teratur” serta membandingkannya dengan pagar perbatasan “Trump Wall” AS-Meksiko yang “kacau.”

“Tidak butuh PDB besar dan teknologi tinggi untuk membangun tembok tersebut,” ujar Carlson. “Yang dibutuhkan hanyalah kemauan yang besar,” tambahnya.

Pagar perbatasan Hongaria memang diklaim menghindarkan negara tersebut dari krisis migran yang melanda Eropa beberapa tahun lalu. Namun, hal tersebut mengundang kritik keras dari seantero Eropa karena dianggap diskriminatif.

Apabila dilihat dari situasi politik di sekitar mereka, posisi politik Orban sedang berada di posisi yang tidak menguntungkan. Di Hongaria, Orban sedang menghadapi ancaman politik setelah 11 tahun kekuasaan mutlaknya sebagai perdana menteri.

Dalam fenomena oposisi yang tidak biasa, sayap kanan dan kiri bersatu menentang Orban yang dianggap membajak demokrasi di negara tersebut dan melakukan praktik KKN. Oposisi gabungan tersebut dinilai dapat meruntuhkan kekuasaan Orban dalam pemilu yang akan dilaksanakan delapan bulan lagi.

Perdana menteri berusia 58 tahun tersebut juga dituduh membeli aplikasi mata-mata Pegasus dari Israel untuk menyadap 300 jurnalis, pengacara, dan pengusaha yang tidak mendukung partainya, Fidesz. Komisi Eropa juga menahan pemberian dana pemulihan COVID-19 kepada Hongaria karena dianggap rentan untuk dikorupsi.

Oleh karena itu, kedatangan Carlson ke Hongaria menjadi momentum yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Carlson dapat memperlihatkan Hongaria di bawah Orban sebagai contoh pemerintahan sayap kanan bagi AS, sementara Orban mendapatkan perhatian internasional yang berguna bagi keuntungan politiknya.

Namun, “aliansi” semacam ini patut diwaspadai karena berpotensi melemahkan demokrasi lebih parah lagi.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *