Langgar Kontrak, Italia Blokir Pengiriman Vaksin AstraZeneca ke Australia

0

Ilustrasi Vaksin AstraZeneca. Foto: FT montage; Neil Hall/Shutterstock

Sebesar 250.000 dosis vaksin produksi AstraZeneca yang direncanakan untuk dikirim ke Australia telah diblokir oleh Italia, setelah permintaan negeri beribukota Roma itu diterima oleh Uni Eropa.

Pemblokiran ini dilakukan sebagai sanksi terhadap AstraZeneca yang dinilai telah melanggar obligasinya dalam kontrak dagang Uni Eropa.

AstraZeneca menandatangani perjanjian yang mengharuskan mereka untuk memproduksi 300-400 juta dosis vaksin. Namun, karena adanya permasalahan di pabrik Belanda dan Belgia, AstraZeneca menyatakan bahwa mereka melakukan penundaan produksi.

Penundaan tersebut mengakibatkan AstraZeneca baru dapat mengirim 40 juta dosis vaksin di bulan Maret, kurang dari setengah ekspektasi yakni 100 juta vaksin.

Uni Eropa menilai bahwa AstraZeneca memiliki obligasi untuk memenuhi kuota yang diharapkan oleh Uni Eropa terlebih dahulu sebelum berusaha mengimpor vaksin ke konsumen lainnya. Hal tersebut merupakan justifikasi Uni Eropa untuk menerima permintaan Italia atas blokade tersebut.

Mantan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte pada Januari lalu telah mengancam AstraZeneca dan Pfizer dengan tuduhan pelanggaran kontrak jika mereka tidak dapat memenuhi kuota untuk Uni Eropa terlebih dahulu.

Diluar 250.000 vaksin AstraZeneca yang diblokir, Australia sendiri telah menerima sekitar 300.000 dosis vaksin dan akan memulai produksi vaksin lokal bulan depan.

Australia sendiri tidak bergantung pada 250.000 vaksin AstraZeneca dan menyatakan bahwa vaksin tersebut hanyalah pembelian kurang penting yang tidak difaktorkan ke rencana distribusi.

Dilansir dari BBC, Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt menyatakan, “Produksi domestik akan dimulai pada akhir Maret dan akan menghasilkan 1 juta dosis per minggu. Kami tidak memfaktor kiriman dari Italia dalam rencana distribusi vaksin kami.”

Kemampuan Uni Eropa dalam menghentikan ekspor ini adalah hasil dari persetujuan kontrol ekspor yang ditetapkan Uni Eropa sebagai cara menghadapi kurangnya persediaan vaksin.

Tindakan Italia menghentikan ekspor vaksin ini adalah bentuk realisasi kekuatan Uni Eropa dalam melakukan kontrol ekspor vaksin ini. Mario Draghi, Perdana Menteri Italia, menyatakan bahwa ini adalah cara terbaik untuk menunjukkan ketegasan Uni Eropa.

Draghi menyatakan bahwa memaksimalkan produksi vaksin adalah untuk memastikan akuntabilitas perusahaan produksi, yang ia nilai masih rendah.

Sementara ini, AstraZeneca harus memfokuskan produksi untuk memenuhi kuota permintaan Uni Eropa. Hal tersebut diperlukan untuk mencapai target Uni Eropa dalam distribusi vaksin yang masih jauh tertinggal. 

Dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin ada negara Uni Eropa, atau bahkan negara produsen vaksin selain anggota Uni Eropa, yang melarang ekspor vaksin untuk memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *