Meninjau Peluang Energi Terbarukan pada Sektor Agraria

0

Ilustrasi panel surya sebagai energi terbarukan untuk sektor agraris. Foto: Telegraf Indonesia

Artikel ini juga telah dipublikasi di kanal Medium Adidaya Initiative.

Think Renewable, Act Sustainable
-unknown-

Sebuah kalimat semangat yang cocok untuk masa sekarang, “Berpikir terbarukan, bertindak berkelanjutan”. Mendengar kata ini membuat saya berpikir bahwa sudah sepantasnya kita berpikir untuk masa depan terutama kelangsungan bumi yang kita tempati lalu bertindak berkelanjutan untuk mewujudkan menjaga bumi kita ini.

Hampir seluruh negeri di dunia mulai menggerakkan perilaku hemat energi dan menjaga bumi, salah satunya adalah pada bidang agraris. Sektor ini adalah sektor dan penggerak utama roda perekonomian di Indonesia. Namun nyatanya masih sedikit orang yang menyadari bahwa sektor ini dapat berkontribusi pada kelangsungan penghematan energi. Padahal, jika kita berpikir lebih jauh mendalami kegiatan pertanian, banyak hal dari sumber daya alam yang dapat berperan dalam menunjang penghematan energi pada bidang agrikultur. Salah satunya yaitu pemanfaatan sumber daya alam panas matahari dan angin untuk menciptakan teknologi hibrida.

Dengan menggabungkan kombinasi antara angin dan panas matahari dalam menciptakan pembangkit, kita dapat menciptakan pembangkit yang ramah lingkungan dan bebas emisi karbon untuk mengairi lahan pertanian. Terlihat sederhana namun jika ini dapat digunakan oleh petani di seluruh Indonesia bahkan dunia, bayangkan berapa emisi karbon yang dapat kita kurangi? Dari yang sebelumnya menggunakan solar atau bensin bahkan diesel untuk mengairi sawah, kita dapat menggantikan mesin pengairan sawah ini dengan energi terbarukan atau memodifikasinya menggunakan teknologi hibrida.

Terdapat sebuah penelitian tahun 2020 yang dilakukan di Turki mengenai analisis pembangunan pembangkit irigasi sawah menggunakan kombinasi energi hibrida antara energi cahaya dan energi panas yang dihasilkan pada panel surya. Alat ini dirancang untuk bisa memberdayakan dua sumber energi dalam waktu yang bersamaan. Prinsip kerjanya adalah mengubah cahaya matahari menjadi elektron, sekaligus menangkap panas yang dihasilkan oleh panel surya. Alat ini beroperasi dengan cukup efektif dan efisien karena tidak ada energi yang terbuang dan semua bentuk energi dapat diubah dan dimanfaatkan menjadi listrik. 

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dampak dari peralihan penggunaan energi fosil yang sering digunakan oleh petani menjadi energi terbarukan hasilnya sangat drastis, terutama pada sisi pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh petani. Pada umumnya petani harus mengeluarkan biaya hingga puluhan juta untuk membeli bensin dan solar untuk membangkitkan irigasi sawah, namun dengan adanya energi terbarukan, petani hanya mengeluarkan beberapa juta saja hanya untuk pembuatan dan perawatan alat selama setahun.

Selain itu, di Pakistan, model pompa air dari panel surya yang digunakan sedikit dimodifikasi untuk lebih memudahkan, yaitu dengan menambahkan sistem kontrol jarak jauh pada pompa airnya. Sistem ini memanfaatkan moisture sensor, microcontroller, dan GSM module untuk pengoperasian secara wireless. Tujuannya adalah agar petani dapat mengontrol laju debit air yang dihasilkan secara wireless dengan menggunakan smartphone. Tidak hanya itu, petani juga dapat mengatur waktu kapan mesin pompa akan beroperasi ataupun berhenti. Fungsi ini tentunya dapat memudahkan dalam mengatur energi sesuai kebutuhan.

Untuk di Indonesia sendiri pengembangan energi terbarukan sudah mulai diberdayakan, salah satu contohnya adalah di Desa Purworejo, Jawa Tengah. Seorang petani membuat rancangan alat yang bersumber dari panel surya dan turbin angin, yang mana sistem hibrida ini akan secara bergantian saling menghasilkan energi dan menyuplai listrik untuk memompa air. Jika angin sedang berhembus kencang, turbin akan mengambil kendali untuk menyuplai pasokan listrik sedangkan panel surya menyerap cahaya yang disimpan pada charge controller — yang apabila suatu saat cuaca sedang mendung, pompa air akan tetap berjalan secara otomatis menyuplai energi yang tersimpan. 

Pada sebuah wawancara yang dilakukan oleh suatu media, petani ini mengatakan bahwa modal yang digunakan untuk membangun pompa air pembangkit listrik ini sangat ekonomis, yakni berkisar hingga 2 juta rupiah dan dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan. Ia juga sempat mengatakan bahwa petani akan bersedia membantu jika ada mahasiswa atau peneliti yang ingin berkunjung untuk belajar cara membuat pompa air dengan sumber energi terbarukan tersebut. Bahkan, petani tersebut juga berencana untuk memasarkan rancangan alat yang dibuatnya ke seluruh kawasan di Indonesia. Dengan adanya hal tersebut, kita dapat memastikan bahwa selain peluang emisi karbon yang dapat dikurangi, kita juga dapat membangun peluang kesejahteraan ekonomi petani dalam mendukung usaha kecil dan menengah di masyarakat desa.

Dari keberhasilan penelitian dan contoh langsung penerapan energi terbarukan di atas, dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya kita memulai gerakan yang dapat menjaga kelangsungan bumi. Apalagi dengan kemutakhiran teknologi yang sudah semakin pesat, berbagai macam penelitian yang sudah semakin beragam untuk menciptakan energi yang efisien dan efektif, serta dukungan pemerintah untuk lebih menggalakkan dan mencanangkan target energi terbarukan. Besar harapan kami agar dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan energi terbarukan semakin diminati tidak hanya di bidang agraria saja, namun juga pada di seluruh sektor bidang yang ada di masyarakat. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita, sebagai generasi yang paling muda dan maju, bersama-sama memulai berpikir terbarukan dan bertindak berkelanjutan.

Kalau bukan dari kita yang memulainya, siapa lagi?

Referensi:

A. H. Yavuz, “Solar thermoelectric generator assisted irrigation water pump: Design, simulation and economic analysis,” Sustain. Energy Technol. Assessments, vol. 41, no. June, p. 100786, 2020, doi: 10.1016/j.seta.2020.100786.

R. K. Megalingam and V. V. Gedela, “Solar powered automated water pumping system for eco-friendly irrigation,” Proc. Int. Conf. Inven. Comput. Informatics, ICICI 2017, no. Icici, pp. 623–626, 2018, doi: 10.1109/ICICI.2017.8365208.

A. Waleed et al., “Solar (PV) Water Irrigation System with Wireless Control,” RAEE 2019 – Int. Symp. Recent Adv. Electr. Eng., vol. 4, pp. 1–4, 2019, doi: 10.1109/RAEE.2019.8886970. 

Official iNwes SMG. (2019, July 8). Official iNwes SMG.
Pompa Kincir Angin Relatif Murah: https://www.youtube.com/watch?v=OKpucy6gOV8

Indraloka Bayu Krishna adalah penanggungjawab teknis dan instalasi dari Divisi Pengabdian Masyarakat Adidaya Initiative. Dapat ditemui di Instagram dengan nama pengguna @indralokabk.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *