Myanmar Lakukan Serangan Udara Terhadap Pemberontak Pendukung Demonstran

0

Ilustrasi pesawat tempur Angkatan Udara Myanmar. Foto: Britmodeller.com

Dalam aksi terbaru militer Myanmar untuk membungkam para pemberontak, militer Myanmar menjalankan bombardir kepada daerah perbatasan yang menjadi rumah dari suku Karen di Myanmar

Sekitar 3000 orang dari suku Karen yang berasal dari Myanmar meninggalkan kampung halamannya ke Thailand guna menghindari bombardir udara yang dilakukan militer Myanmar.

Dilansir dari Karen Women’s Organization (KWO), militer meluncurkan serangan udara terhadap lima daerah di distrik Mutraw di daerah perbatasan Timur, serangan tersebut juga mengenai salah satu kamp pengungsian.

“Sekarang, penduduk bersembunyi di hutan sementara sekitar 3000 orang sedang mengungsi ke Thailand. Kami membutuhkan respon internasional untuk memperingatkan militer bahwa mereka tidak bisa bertindak sewenang-wenang,” dinyatakan oleh KWO atas respon terhadap bombardir.

Media pemberitahuan publik Thailand memberitakan bahwa sekitar 3000 orang telah sampai di Thailand, namun pemerintahan Thailand masih belum memberi respon dan komentar.

Bombardir yang dilakukan oleh militer Myanmar dimulai pada malam tanggal 27 Maret 2021 setelah kemunculan dua jet tempur yang menjatuhkan sembilan bom yang membunuh 3 orang dan melukai 7 orang.

Bombardir tersebut dilanjutkan pada keesokan pagi dan sore di daerah perbatasan, terutama di daerah sungai Salween.

Daerah Karen yang berada di bawah Karen National Union (KNU) sebelumnya telah melakukan perjanjian gencatan senjata pada tahun 2015, tetapi ketegangan kembali meningkat setelah junta militer melakukan kudeta.

KNU sendiri mengecam aksi kudeta dan telah menunjukkan dukungan terhadap aksi-aksi perlawanan yang dilakukan para demonstran.

KNU sendiri telah menerima pengungsi dari Myanmar pusat untuk menghindari penahanan dan pembunuhan oleh militer. Hal ini meningkatkan panggilan warga Myanmar atas bantuan internasional untuk menghentikan junta militer di negaranya.

Kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar tidak berkurang dan semakin parah tiap harinya. Militer Myanmar baru-baru ini juga menyerang perkumpulan publik yang sedang berkabung atas kematian mahasiswa berumur 20 tahun bernama Thae Maung Maung.

Secara total, terdapat 459 korban jiwa yang dihasilkan oleh brutalitas militer Myanmar, diikuti dengan 2.559 orang yang ditahan atas dugaan pemberontakan.

Dunia internasional sendiri sudah memberikan reaksi yang mengecam segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh Junta Myanmar. Reaksi tersebut diberikan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan The EU’s Foreign Affairs Representative Josep Borrell Fonteles.

Thailand masih belum memberikan pernyataan mengenai 3000 pengungsi, tapi hal ini pastilah sesuatu yang perlu mereka tindak. Dengan serangan udara pemerintah militer terhadap masyarakat dan perkembangan terbaru di Myanmar yang semakin memprihatinkan, bukan tidak mungkin dunia internasional semakin terdorong untuk mengintervensi.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *