Potensi Energi Terbarukan Dalam Dunia Teknologi Informasi Pusat Data di Indonesia

0

Ilustrasi Teknologi Informasi dan Energi Terbarukan. Foto: ECOHZ

Pada awal tahun 2021, saya mencoba untuk belajar investasi dalam bentuk ekuitas yaitu saham. Dalam pembelajaran tersebut, saya hanya mengerti beberapa sektor di pasar saham, salah duanya adalah sektor energi dan teknologi. Sejak tahun-tahun sebelum 2021, saya punya keyakinan akan investasi pada sektor energi maupun teknologi karena menurut saya perkembangan teknologi di Indonesia sangat pesat dan untuk mengimbangi hal tersebut, sektor energi akan menjadi pendukungnya—terkhusus dalam bentuk perkembangan teknologi informasi, salah satunya di sektor pembangunan pusat data (data center) di Indonesia. 

Seperti yang saya duga, pada semester pertama tahun 2021 tren investasi pada sektor teknologi cukup pesat, contohnya saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang IPO (Initial Public Offering) pada 6 Januari 2021 menawarkan harga Rp 420 per lembar saham, saat ini per tanggal 1 Juli 2021 telah menyentuh angka Rp 59.000 per lembar saham. Sayangnya, saat awal saya memulai belajar investasi saham, modal saya tidak seberapa dan sudah terlanjur saya investasikan pada sektor lainnya. Walaupun tidak bisa menikmati keuntungan besar dari suatu saham teknologi seperti DCII, saya cukup berbahagia karena ada potensi luar biasa dari komitmen perusahan-perusahaan teknologi yang berada di bisnis pusat data sebagai pembangun maupun pengguna. 

Tentu saja artikel opini ini dibuat bukan fokus pada perbincangan akan saham perusahaan energi maupun teknologi, tetapi lebih fokus pada apa pengaruh perkembangan teknologi pada sektor energi di Indonesia. Pada akhir Mei 2021 DCII sendiri meresmikan gedung data center keempat (JK5) di area data center campus di daerah Cibitung. Dilansir dari bisnis.com, gedung JK5 tersebut memiliki kapasitas listrik 15 MW, yang berarti perlu energi yang cukup besar untuk menjalankan operasional suatu pusat data. 

Dalam bisnis layanan pusat data sendiri, tentu saja bukan hanya seberapa besar kemampuan pusat data tersebut menampung server dan menyimpan data-data secara aman, namun juga diperhitungkan dalam seberapa handal dan tinggi tingkat waktu hidup/uptime untuk Service Level Agreement (SLA). Tentu saja tidak lucu jadinya jika suatu pusat data sampai blackout karena kekurangan daya atau kelebihan beban sehingga mengalami trip atau nge-jegleg kalau bahasa gaulnya di masyarakat. Hal tersebut bisa mempengaruhi SLA dari suatu pusat data dan itu menjadi prestasi yang buruk untuk track record perusahaan pusat data apalagi jika dikaitkan dengan investasi. 

Tentu saja kondisi yang dijelaskan tadi bisa saja berdampak pada sisi bisnis suatu perusahaan, seperti mulai dari tidak bisa check-out barang flashsale dari e-commerce kesayangan atau bahkan gagal transfer dari layanan mobile banking. Sehingga menjadi hal mutlak bahwa pusat data perlu suplai energi yang handal dan kalau bisa bersih, dan Ini merupakan potensi dari energi terbarukan untuk bisa memenuhi kebutuhan energi suatu pusat data.

Mengapa saya bilang “kalau bisa bersih”? Ya karena itulah tujuan transisi energi kita, yaitu agar menggunakan energi yang lebih bijak dan tidak merusak lingkungan kita. Menurut salah satu perusahaan green data center yaitu SpaceDC, menyatakan bahwa pusat data bisa menghasilkan 14 persen dari emisi karbon dunia di tahun 2040, dan pada tahun 2020 diperkirakan bahwa konsumsi energi data center di amerika saja mampu mencapai 140 miliar kWH. Tentu saja ini akan berdampak langsung pada iklim global jika kita tidak bijak dalam mensiasatinya.

Microsoft sendiri melalui situs resminya yaitu news.microsoft.com ingin membangun pusat data di Indonesia dengan menggunakan 100 persen energi terbarukan, melalui judul inisiasi “Berdayakan Ekonomi Digital Indonesia” yang disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Selain potensi untuk sektor energi rupanya potensi pendapatan yang dihasilkan dari bisnis pusat data ini terbilang fantastis, sebut saja proyek Microsoft ini diprediksi menghasilkan pendapatan baru sekitar 88,77 triliun rupiah dengan menyerap kurang lebih 60.000 pekerja bagi ekonomi lokal selamat 4 tahun kedepan.

Google dan Amazon sendiri juga punya perusahaan khusus yang berinvestasi pada proyek-proyek pusat data dengan energi terbarukan dan sama-sama memiliki target untuk menggunakan 100 persen suplai daya pada pusat datanya menggunakan energi terbarukan. Berkaitan dengan pemenuhan energi terbarukan untuk kebutuhan pusat data Bapak Dadan Kusdiana selaku Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM sendiri mengatakan bahwa pemerintah ikut mendorong peningkatan kapasitas energi baru dan terbarukan sebesar lima persen pada tahun 2021 atau setara 978 MW. 

Potensi dari pesatnya perkembangan teknologi informasi terutama pada perkembangan pusat data di Indonesia ini tidak fokus hanya pada pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan, tetapi juga pada potensi perkembangan efisiensi energi di Indonesia. Konsumsi listrik dari pusat data di AS sendiri pada tahun 2020 bisa menghabiskan biaya listrik sebesar US$ 13 miliar serta menghasilkan hampir 100 miliar metrik tons dari polusi karbon per-tahunnya. Tingginya polusi karbon yang dihasilkan dari pusat data ini tentu saja harus ditekan oleh penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi yang diterapkan pada pusat data.

Perkembangan teknologi kedepannya seperti penggunaan kecerdasan buatan/Artificial Intelligent (AI), Internet of Things (IoT), Big Data dan semacamnya tentu saja akan berdampak langsung pada perkembangan pusat data di Indonesia. Regulasi-regulasi teknologi informasi dan bisnis yang ada sekarang dan kedepannya juga memungkinkan mempengaruhi perkembangan segala bentuk layanan digital yang berdampak pada pesatnya perkembangan pusat data di Indonesia. 

Jika kita tidak bisa bijak dalam memilih penggunaan energi dalam memenuhi suplai perkembangan teknologi disekitar kita, maka masa depan bumi yang menjadi ibu kita akan terancam. Oleh karena itu, mari kita berharap dan terus mengupayakan agar potensi-potensi penggunaan energi terbarukan dalam memenuhi segala kebutuhan kita seperti kebutuhan akan perkembangan teknologi maupun pusat data, dapat terwujud dan bukan hanya cita-cita semata.

Referensi:

Azka, R. M. (2021, Mei 27). Emiten Toto Sugiri (DCII) Selesaikan Gedung Data Center Keempat. Retrieved Juni 2021, from Bisnis.com: https://market.bisnis.com/read/20210527/192/1398611/emiten-toto-sugiri-dcii-selesaikan-gedung-data-center-keempat

Indonesia, C. (2020, Juni 10). Data Center Akan Hasilkan 14 Persen dari Emisi Karbon Dunia. Retrieved Juni 2021, from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200610131635-185-511783/data-center-akan-hasilkan-14-persen-dari-emisi-karbon-dunia

Jin, Xibo & Zhang, Fa & Vasilakos, Athanasios & Liu, Zhiyong. (2016). Green Data Centers: A Survey, Perspectives, and Future Directions.

Nurcahyadi, G. (2020, Juli 24). Data Center Ramah Lingkungan jadi Kebutuhan Masa Depan. Retrieved Juli 2021, from Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/teknologi/331413/data-center-ramah-lingkungan-jadi-kebutuhan-masa-depan

Pramudita, B. A. (2020, Desember 15). Pasar Potensial, DCI Rampungkan Pembangunan Data Center. Retrieved Juni 2021, from WartaEkonomi.co.id: https://www.wartaekonomi.co.id/read318594/pasar-potensial-dci-rampungkan-pembangunan-data-center

Pratama, A. (2021, Juni 25). Saham DCII Langsung Melejit Usai IPO, Kenapa Ya? Retrieved Juli 2021, from IDX CHANNEL.COM: https://www.idxchannel.com/market-news/saham-dcii-langsung-melejit-usai-ipo-kenapa-ya

Purnama, S. (2021, Maret 4). Bisnis Pusat Data Bisa Mendorong Peningkatan Bauran Energi. Retrieved Juli 2021, from ANTARANEWS.com: https://www.antaranews.com/berita/2027391/bisnis-pusat-data-bisa-mendorong-peningkatan-bauran-energi

Susanti, I. (2021, Maret 2). Microsoft Resmi Bangun Data Center di Indonesia, Potensi Serap 60.000 Tenaga Kerja dan Hasilkan Rp88,77 Triliun! Retrieved Juli 2021, from SINDONEWS.com: https://ekbis.sindonews.com/read/352206/34/microsoft-resmi-bangun-data-center-di-indonesia-potensi-serap-60000-tenaga-kerja-dan-hasilkan-rp8877-triliun-1614697429

I Wayan Angga Jayadiyuda adalah Co-Founder Adidaya Initiative. Dapat ditemui di Instagram dengan nama pengguna @anggajayadiyuda

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *