Proses Peradilan Kasus George Floyd Dimulai, Teriakan “I’m in pain” Terdengar Dari Athena

0

Ilustrasi demonstrasi di Athena, Yunani. Foto: Louisa Gouliamaki/AFP

Pada Selasa (9/3) waktu setempat, Amerika Serikat kembali melanjutkan sidang peradilan terhadap Derek Chauvin, polisi yang membunuh warga kulit hitam AS George Floyd.

Dikutip dari CTV News, pengadilan telah memilih tiga orang untuk menjadi juri terhadap peradilan polisi berkulit putih tersebut.

Sebelumnya, terdapat sembilan orang yang diajukan menjadi juri bagi peradilan Chauvin. Namun, enam diantaranya dinyatakan tidak layak menjadi juri karena mengaku tidak bisa berlaku objektif dalam melihat proses peradilan tersebut.

Chauvin telah didakwa melakukan pembunuhan tak berencana tingkat dua terhadap pria berusia 46 tahun tersebut.

Dakwaan pembunuhan tingkat tiga yang sempat dicabut juga dipertimbangkan untuk didakwakan kembali kepadanya.

Seperti yang telah diketahui, Chauvin merupakan polisi yang menindih leher George Floyd hingga tewas usai pria berkulit hitam tersebut dituduh memberikan uang $20 palsu di suatu toko swalayan di Minneapolis, AS.

Kematiannya mengundang reaksi keras dari banyak warga AS terhadap brutalitas polisi tersebut sehingga memantik kerusuhan di seantero AS dan membantu tumbuhnya gerakan Black Lives Matter. Berita kematiannya juga menyebar ke seluruh dunia sehingga memicu protes serupa di berbagai negara.

Di Athena, Warga Masih Harus Berjuang

Sementara persidangan terhadap polisi pembunuh George Floyd telah dimulai, brutalitas polisi kembali terjadi di sisi lain dunia. 

Dikutip dari Politico, 5.000 orang terlibat kerusuhan dengan polisi pada Selasa (9/3) waktu setempat.

Massa melempari polisi dengan batu, membakar tempat sampah, hingga mengeroyok seorang anggota polisi di lokasi. Polisi pun membalasnya dengan gas air mata dan meriam air.

Aksi protes tersebut muncul setelah video yang menunjukkan brutalitas polisi beredar di media sosial.

Dalam video tersebut, beberapa polisi terekam sedang menendang seorang pelanggar kebijakan lockdown COVID-19.

Orang yang ditendang tersebut terdengar merintih kesakitan.

Kasus tersebut merupakan satu dari banyaknya brutalitas polisi yang meningkat di Yunani saat pandemi COVID-19 dengan alasan “mencegah penularan virus”. Ombudsman Yunani juga menyatakan bahwa brutalitas polisi meningkat sebesar 75 persen dibandingkan tahun lalu.

Apa yang terjadi di AS dan Yunani tersebut merupakan segelintir dinamika perlawanan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh oknum kepolisian terhadap warga sipil di seantero dunia.

Hal ini semakin menunjukkan bahwa brutalitas polisi merupakan masalah yang tidak hanya terjadi di AS, namun juga di berbagai belahan dunia lainnya—dan masalah ini harus ditangani dengan segera.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *