Pupuk Nasionalisme, Menpora Imbau Masyarakat Nyanyikan Indonesia Raya di Bioskop

0

Bendera Indonesia Raya berkibar. Foto: unsplash.com.

Pada tanggal 30 Januari 2019 kemarin, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi melalui surat imbauan dengan nomor 1.30.1/MENPORA/1/2019 mengimbau diadakannya aktivitas menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum pemutaran film di seluruh bioskop di tanah air. Surat yang ditandatangani langsung oleh Imam Nahrawi lengkap dengan kop surat serta cap resmi milik Kemenpora itu lantas viral di media sosial. Terutama di sarangnya para pakar kritik Indonesia, khalayak Twitter.

Akun @wesbiyasa contohnya, yang mengunggah cuitan pada tanggal 31 Januari 2019 sebagai tanggapan dari polling setuju tidaknya para konsumen bioskop di Indonesia terhadap imbauan Menpora dari akun @WatchmenID. “Belum lagi buat yg (yang) suka nonton maraton 2-3 film sehari, lah nyanyi terus gitu? Pulang nonton langsung jadi pahlawan dong(?) :’). Masih ada cara lain yg (yang) lebih masuk akal buat ningkatin rasa nasionalisme..

Beberapa pengguna Twitter lain kemudian ada yang mendukung cuitan tersebut dan sepakat pada kalimat ‘masih ada cara lain yang lebih masuk akal buat ningkatin rasa nasionalisme’. Walaupun begitu, ada beberapa tanggapan lain yang menyayangkan resistansi masyarakat terhadap imbauan Menpora tersebut. Salah satu di antaranya adalah akun @roony_A yang membalas cuitan tersebut dengan: “Sedih jg (juga) liat hasilnya. Disaat menyanyikan lagu nasional d (di) anggap ga penting.

Hal ini merupakan tanggapan kepada intensi Menpora yang tercantum di dalam surat imbauan tersebut yang menyatakan bahwa: “Dalam rangka meningkatkan rasa nasionalisme dan mewujudkan generasi muda yang bangga serta cinta pada tanah air, dengan ini kami menghimbau (mengimbau) kepada para pengelola bioskop di seluruh Indonesia untuk dapat memutarkan sekaligus menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum berlangsungnya setiap pemutaran film.”

Meskipun dilansir dari beberapa portal berita daring seperti CNN Indonesia, Tempo.co, dan  Kompas.com aktivitas ini hanya bersifat imbauan dan bukan merupakan sesuatu yang wajib dipatuhi di mata hukum, namun reaksi yang menggambarkan kalau masyarakat Indonesia tidak setuju kemudian mendapatkan balasan yang cepat tanggap oleh Kemenpora. Berselang sehari setelah surat imbauan tersebut beredar, melalui akun @gsdewabroto, Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto membagikan cuitan mengenai dicabutnya imbauan ini pada 31 Januari 2019. “Alhamdulillah, surat himbauan ttg (tentang) menyanyikan lagu Indonesia Raya di setiap jelang pemutaran film di bioskop sudah dicabut. Hal itu atas dasar berbagai pertimbangan dan juga krn (karena) resistansi dan kegaduhannya yang sangat tinggi. Mohon maaf. Wass.”. Secara resmi pencabutan surat imbauan ini akan diumumkan pada konferensi pers yang digelar tanggal 1 Februari 2019.

Sebelum kasus ini selesai dan dilupakan karena sudah resmi dicabut, mari sejenak kita telisik intensi surat imbauan Menpora. Seperti yang telah disebutkan di atas, intensi dari aktivitas menyanyikan Indonesia Raya di setiap awal pemutaran film sesungguhnya hanya sederhana: meningkatkan rasa nasionalisme dan agar generasi muda menjadi bangga dan cinta tanah air. Sampai di sini coba kita tarik napas dalam-dalam dan camkan dua kalimat tersebut. Lalu, tanyakan pada diri masing-masing: “apa memang salah?

Tidak semudah itu, Ferguso.

Dalam studi mengenai politik, khususnya Studi Internasional, kita akrab dengan nasionalisme yang  didefinisikan oleh Benedict Anderson, yaitu tendensi untuk meningkatkan kesadaran seseorang bahwa ia merupakan bagian dari suatu entitas spiritual, yang dalam konteks ini negara. Masih menurut beliau, negara itu sejatinya adalah entitas politik yang abstrak alias tidak ada wujud fisiknya. Oleh karena itu, simbol-simbol tentu menjadi hal yang penting untuk merepresentasikan sesuatu yang abstrak, bukan?. Bendera, simbol kenegaraan, lagu kebangsaan, bahasa, bahkan sampai dengan presiden, menjadi penting kehadirannya untuk menggambarkan gagasan mengenai ‘nasion’ atau negara di benak masyarakat umum. Maka, wajar jika logika yang digunakan adalah menjaga eksistensi simbol-simbol tersebut agar masyarakat selalu sadar kalau Indonesia itu jiwa mereka semua. Semacam kalau kita pacaran lintas jarak a.k.a LDR (Long Distance Relationship), biasanya kita punya ritual untuk menjaga komunikasi lebih ketat daripada ketika menjalani pacaran yang tidak terhalang jarak. Seperti, menelepon setiap malam atau sekadar secara konstan memberikan kabar dari sepucuk pesan singkat dengan tujuan agar bayangan tentang hubungan yang tidak ada wujud fisiknya itu tetap terjaga.

Tinggal, apakah cara yang dilakukan sudah tepat?

Sebenarnya masih perlu ada penelitian akademis lebih lanjut untuk membuktikan hal ini. Karena, apabila ada yang bilang tidak perlu, buktinya Indonesia dapat berdiri kokoh hingga hari ini dari pijakan-pijakan simbol semacam Sumpah Pemuda dan lain sebagainya. Sekalipun ada yang bilang perlu, rasanya dengan menonton film apa pun di bioskop tidak akan mengurangi perasaan nasionalisme kita. Kembali lagi ke perumpamaan sebelumnya, toh, bukannya kalau punya pacar yang terlalu posesif malah bikin gerah?

Beralih ke intensi kedua, yaitu agar generasi muda menjadi bangga dan cinta tanah air. Tidak bisa dipungkiri, mendengar lagu Indonesia Raya pasti membangkitkan kebanggaan tersendiri bagi rakyat Indonesia. Apa lagi kalau dikumandangkan ketika tim nasional sepak bola hendak berlaga di lapangan hijau. Tapi apakah perasaan yang sama akan bisa muncul di bioskop? Rasanya pertanyaan itu butuh jawaban yang lain.

Lagi pula, masih banyak cara yang jauh lebih relevan bagi pemerintah untuk menimbulkan rasa bangga dan cinta tanah air di hati masyarakatnya. Peningkatan kesejahteraan masyarakat, keamanan dan rasa aman, dan kenyamanan pelayanan pemerintah misalnya. Dengan hal-hal tersebut, sepertinya bisa lebih dijamin kalau masyarakat akan dengan senang hati menyanyikan Indonesia Raya di mana-mana tanpa perlu diimbau. Mungkin pemerintah perlu diingatkan tentang hal ini, setuju? Mungkin kita bisa bantu pemerintah dengan ide-ide brilian untuk meningkatkan rasa bangga dan cinta kita pada tanah air.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *