Sengketa Bendungan Berlarut-Larut, Sudan Minta Mediasi Dunia Internasional

0

Ilustrasi Grand Ethiopia Resistance Dam (GERD). Foto: CNN

Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok, telah mengirim permohonan pada PBB, Uni Afrika, Uni Eropa, dan Amerika Serikat untuk bantuan mediasi eksternal dalam menghadapi sengketa bendungan Ethiopia.

Sengketa bendungan Grand Ethiopia Resistance Dam (GERD) disebabkan oleh adanya keinginan Ethiopia untuk menambah volume air bendungan.

Dilansir dari Al-Jazeera, Hamdok mengirimkan pernyataan pada hari Senin mengenai keprihatinannya terhadap keputusan Ethiopia pada hari Sabtu yang mengotorisasi penambahan air bendungan GERD.

Perihal sengketa bendungan GERD telah dimulai sejak tahun 2011 antara Sudan, Ethiopia dan Mesir. Bendungan itu direncanakan oleh Ethiopia untuk menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar yang digunakan untuk menyuplai listrik negaranya.

Sudan telah menyatakan bahaya bendungan tersebut yang dapat menyebabkan banjir dan berpotensi merendam jutaan penduduk Sudan, jika Ethiopia menambah volume air tanpa koordinasi. Jika mengurangi tanpa koordinasi, maka yang berpotensi terjadi adalah kekeringan dan hilangnya akses air bagi 20 juta warga Sudan.

Senada, Mesir juga merasa bendungan GERD ini sebagai ancaman terhadap warganya. Mesir khawatir bahwa keberadaan bendungan tersebut akan mengurangi suplai air dari Sungai Nil. Padahal, Sungai Nil adalah sumber air utama bagi sebagian besar penduduk Mesir yang terkonsentrasi di sepanjang Sungai Nil..

Hamdok sendiri mengirimkan pernyataan setelah berkoordinasi dengan pemerintah Mesir. Dalam kunjungannya ke Kairo, Hamdok menyatakan bahwa Mesir memberi dukungan penuh bagi Sudan untuk memberhentikan komunikasi langsung dan berpindah ke mediasi internasional

Ethiopia telah menunjukkan indikasi bahwa mereka melawan segala bentuk keterlibatan internasional dalam sengketa ini, namun mereka belum memberikan pernyataan resmi menanggapi permohonan Hamdok.

Sejauh ini permohonan yang dikirimkan oleh Hamdok masih belum mendapatkan respons dari pihak manapun mengenai keterbukaan mereka untuk membantu mediasi internasional ini.

Sebelumnya telah ada usaha mediasi tiga pihak yang disaksikan oleh Uni Afrika dan Uni Eropa. Akan tetapi,  usaha mediasi tersebut gagal menghasilkan kesepakatan apapun.

Semua usaha mediasi ini dilakukan setelah meningkatnya urgensi yang disebabkan oleh kericuhan di daerah perbatasan Al-Fashaqa meliputi petani Ethiopia yang menggunakan tanah Sudan untuk pertaniannya yang berujung perkelahian senjata.

Melihat kegagalan usaha mediasi sebelumnya, menarik untuk melihat Sudan berusaha menarik lebih banyak pihak untuk bergabung ke usaha mediasi. Masih belum diketahui akankah proses mediasi yang baru akan terwujud hingga saat ini.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *