Setelah Mundur dari Afghanistan, AS Peringatkan Potensi Perang Saudara

0

Foto: Reuters

Austin S. Miller, jenderal bintang empat AS dan mantan kapten pasukan khusus Delta Force, memperingatkan potensi perang saudara di Afghanistan setelah Amerika Serikat menarik seluruh pasukannya dari negara tersebut.

Menurutnya, Afghanistan dapat menghadapi “masa-masa sulit” jika pemimpinnya tidak mampu mencapai persatuan setelah pasukan AS dan koalisinya hengkang.

Pernyataan tersebut bukan tanpa dasar. Dikutip dari BBC, sejak Washington memulai penarikan pasukan dari negara tersebut, Taliban semakin bergerak dengan cepat merebut berbagai wilayah yang dikuasai pemerintah Afghanistan beserta AS dan sekutunya.

Dalam dua bulan, Taliban telah menguasai 50 dari 370 distrik di Afghanistan. Kemajuan tersebut membuat kelompok itu berhasil mengepung banyak kota dan bahkan semakin mendekat ke Kabul, ibukota Afghanistan.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyebut bahwa kekuatan militer nasional dari negara tersebut “cukup kuat” untuk menahan serangan Taliban. Namun, keberhasilan Taliban tersebut memunculkan keraguan mengenai kapabilitas pemerintah Afghanistan yang sebenarnya pasca AS pergi dari negeri itu.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah menyebut bahwa seluruh tentara AS akan mundur dari Afghanistan pada 11 September nanti, tepat 20 tahun setelah Tragedi 9/11 yang meluluhlantakkan Menara Kembar WTC pada 2001.

Menurutnya, AS sudah yakin bahwa Afghanistan tidak akan menjadi basis terorisme global lagi seperti pada 20 tahun lalu. Selain itu, dikutip dari Bloomberg, fokus kebijakan luar negeri AS sudah berubah, dari yang sebelumnya melawan ancaman terorisme di Timur Tengah menjadi melawan ancaman sistemik Tiongkok.

Setelah mundur, AS berjanji akan tetap membantu Afghanistan—meskipun bukan dari sisi militer.

Ancaman perang saudara di Afghanistan pasca-mundurnya AS memperlihatkan bagaimana panasnya kondisi di negara tersebut, apalagi jika melihat bahwa 20 tahun AS di Afghanistan sendiri juga terus diwarnai konflik tanpa henti. Ada AS ataupun tidak, Afghanistan tetap berada di bawah bayang-bayang konflik.

Perkataan Jenderal Miller memang penting, tetapi setidaknya Afghanistan mulai dapat berusaha menyelesaikan konflik tanpa campur tangan kekuasaan asing, terutama jika seluruh pihak sadar bahwa perang telah berlangsung tanpa henti sejak 42 tahun lalu tepatnya pada 1979.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *