Sudan Tak Lagi Pilu Membiru, Sementara atau Selamanya?

0

Imigran asal Sudan. Foto: pixabay.com.

Jumat lalu (6/7), Koalisi pro-demokrasi dan dewan militer Sudan mencapai kesepakatan untuk berbagi kekuasaan selama kurang lebih tiga tahun ke depan. Hal ini merupakan bagian dari masa transisi menuju pemerintahan sipil yang nantinya akan dipimpin oleh seorang perdana menteri.

Kesepakatan ini dapat tercapai berkat desakan dari Uni Afrika dan juga Ethiopia yang turut membantu proses negosiasi di Sudan.

“Sampai dengan tanggal 30 Juni, dewan militer telah menunjukkan aksi brutal terhadap demonstran, orang-orang meninggal, orang-orang terluka dan kami mulai berpikir bahwa hal ini tidak akan pernah terjadi, kita tidak akan pernah mencapai kesepakatan,” jelas Lena al-Sheikh yang merupakan salah seorang demonstran kepada BBC.

Melalui kesepakatan ini, akan didirikan sebuah dewan yang beranggotakan masing-masing lima orang dari tiap pihak. Diputuskan bahwa dewan militer akan memimpin selama 21 bulan sedangkan koalisi pro-demokrasi akan memimpin selama 18 bulan.

Koalisi pro-demokrasi dan dewan militer juga menyetujui untuk mengadakan investigasi terkait kekerasan terhadap masyarakat sipil yang terjadi sejak lengsernya Presiden Omar al-Bashir.

Upaya negosiasi ini sebenarnya bukan merupakan yang pertama kali dilakukan. Sebelumnya, pada bulan April 2019 telah dilakukan negosiasi antara kedua pihak setelah digulingkannya Presiden Omar al-Bashir oleh militer Sudan.

Setelah lengser, dewan militer mengajukan untuk diadakannya pemilihan umum dalam waktu sembilan bulan ke depan. Koalisi-pro demokrasi menolak inisiatif ini dan menuntut agar pemilihan umum diadakan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan untuk menjamin kebebasan dan kebersihan dari proses demokrasi tersebut.

Upaya negosiasi ini gagal menemui hasil setelah terjadinya bentrokan antara demonstran dan juga pihak militer Sudan pada 3 Juni. Dilaporkan bahwa pihak militer telah menyerang kamp protes milik koalisi pro-demokrasi yang berada di dekat markas militer Sudan. Dilansir dari AP, total sampai dengan sabtu (6/7) lebih dari 100 orang ditemukan tak bernyawa dan ratusan lainnya luka-luka.

Saat ini masih terdapat kekhawatiran terkait penyebaran informasi kesepakatan tersebut. Sejak Desember 2018, sumber informasi yang bisa diakses oleh masyarakat Sudan hanya berasal dari keterangan media lokal, akibat dari blokade akses internet yang dilakukan oleh Pemerintah Sudan.

Blokade akses internet dilakukan oleh pemerintah Sudan untuk menurunkan ketegangan dan mengakhiri demonstrasi massa yang terjadi sejak Desember 2018.

Munculnya Gerakan #BlueforSudan sebagai Dukungan untuk Masyarakat Sudan

Sebelumnya, pada awal bulan Juni jagat media sosial diramaikan dengan foto berwarna biru dan tagar bertuliskkan BlueforSudan. Banyak ditemukan foto-foto profil dan unggahan pada platform media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram yang menggunakan warna biru dan tagar ini.

Gerakan #BlueforSudan merupakan bentuk dukungan dari masyarakat internasional terhadap masyarakat Sudan. Selain itu, langkah ini juga digunakan untuk membantu meningkatkan kesadaran terkait situasi yang terjadi di Sudan terutama setelah diberlakukannya blokade akses internet di Sudan.

Gerakan ini awalnya bermula dari unggahan Shahd Khidir, seorang influencer kecantikan dan blogger asal sudan yang menetap di New York, Amerika Serikat. Khidir mengunggah foto dirinya yang bertuliskan cerita tentang kematian temannya di Sudan akibat dari bentrokan yang terjadi.

Khidir juga mengubah foto profil di akun sosial medianya dengan warna biru, warna kesukaan temannya Mattar yang juga Ia gunakan sebagai foto profil di akun instagramnya @mattar77.

“Di Sudan sedang terjadi blokade akses Internet secara menyeluruh dan kita harus menjadi suara para demonstran damai disana,” tegas Khidir melalui pernyataannya pada majalah The Cut.

Meskipun saat ini ketegangan mulai mereda dan telah tercapai sebuah kesepakatan, banyak pihak masih meragukan akan keberlangsungan kesepakatan tersebut. Terlebih jika sosok kuat dari dewan militer mendapatkan peran penting dalam pemerintahan Sudan kedepannya.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *