Tetap Di Partai Republik, Trump Tidak Akan Membentuk Partai Baru

0

Ilustrasi Trump di CPAC 2021. Foto: Elijah Nouvelage/Getty Images

Pada Senin (01/03) waktu setempat, Donald Trump kembali muncul di panggung politik Amerika Serikat dengan berpidato di Conservative Political Action Committee (CPAC), konferensi kelompok konservatif di Negeri Paman Sam tersebut. Pidatonya tersebut merupakan penampilannya yang pertama setelah sekian lama tidak muncul di publik.

Dilansir dari BBC, mantan Presiden AS ke-45 tersebut kembali mengulang klaim kecurangan suara pada Pemilu 2020.

Trump mengklaim bahwa dirinya akan “mengalahkan mereka untuk yang ketiga kalinya,”. Pernyataan tersebut dianggap sebagai isyarat bahwa ia akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024.

Selain itu, ia mengkritik Presiden AS saat ini—dan lawannya di Pemilu AS 2020—Joe Biden. Menurutnya, kebijakan politik AS di era Biden menjadikan prinsip “America First” berubah menjadi “America Last.”

Beberapa kebijakan Biden yang dikritik oleh Trump tersebut adalah kebijakan imigrasi dan keamanan perbatasan. Baginya, kebijakan-kebijakan Biden seluruhnya “akan berjalan dengan buruk.”

Namun, berbeda dari dugaan sejumlah pihak, pria berusia 74 tahun tersebut menyatakan bahwa dirinya tidak akan membentuk partai baru. Sebaliknya, ia menyebut rumor partai baru tersebut sebagai “fake news.”

Menurutnya, pembentukan partai baru akan memecah suara Partai Republik, partai yang menjadi kendaraan politiknya saat menjadi Presiden AS. Ia menambahkan bahwa Partai Republik akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

CPAC merupakan konferensi politik konservatif terbesar di AS. Pada tahun ini, CPAC sendiri dihadiri oleh figur konservatif pro-Trump, seperti Senator Ted Cruz dan Donald Trump Jr., anak laki-laki Trump.

Sebaliknya, figur konservatif yang anti-Trump seperti Mitch McConnell (pemimpin Partai Republik di Senat AS) dan Mitt Romney (mantan capres AS tahun 2012) tidak diundang, bahkan mendapat cemooh dari peserta konferensi.

Trump Tetap Populer

Meskipun Trump mendapat banyak kecaman dari elite Partai Republik sendiri setelah penyerangan US Capitol pada 6 Januari yang lalu, Trump tetap memiliki basis pengikut yang loyal.

Dilansir dari USA Today, survei terhadap 1.000 pendukung Trump yang dilakukan media tersebut dengan Universitas Suffolk menemukan bahwa 27%-46% responden akan mengikuti Trump jika ia membuat partai baru dan meninggalkan Grand Old Party (GOP, istilah untuk Partai Republik). Setengah dari responden juga menyebut bahwa Partai Republik harus bersikap “lebih loyal” terhadap Trump.

Selain itu, pemakzulan Trump akibat penyerangan 6 Januari kemarin menjadikan 42% pemilih Trump tersebut semakin mendukung Trump.

58% dari responden juga menyebut bahwa penyerangan 6 Januari merupakan penyerangan yang dimotori Antifa, organisasi anti-fasis radikal yang sering dipersalahkan Trump sebagai biang kerusuhan di AS, bukan pendukung Trump itu sendiri.

Kehadiran Trump di CPAC tersebut kembali menegaskan pengaruh Trump terhadap Partai Republik, kendati tidak lagi menjadi Presiden. Banyaknya basis massa Republik yang masih loyal terhadap Trump—selain tindak tanduk Trump itu sendiri—masih akan membayangi Partai Republik selama beberapa waktu kedepan.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *