Tong Kosong Kecil Bunyinya: Trump Setelah Diisolasi dari Media Sosial

0

Ilustrasi Donald Trump. Foto: Lazaro Gamio/Axios

Lama tidak terdengar di media sosial, Donald Trump kembali membuat sensasi dengan menyebut Facebook  “sangat memalukan”. Bedanya, pernyataan tersebut bukan merupakan unggahan atau cuitannya di media sosial.

Dilansir dari Aljazeera, ucapan tersebut merupakan respons mantan Presiden AS tersebut terhadap keputusan Facebook yang tetap melanjutkan blokir akun media sosial Trump. Setidaknya hingga enam bulan ke depan, Facebook masih akan berunding mengenai nasib akun media sosial Trump.

Namun, karena media sosial berbondong-bondong memblokir akunnya, Trump hanya mengandalkan email untuk menyebarkan umpatan terhadap media sosial milik Mark Zuckerberg tersebut.

Selain itu, yang menyebarkan umpatan suami Melania Trump itu di media sosial hanyalah sejumlah akun anggota Kongres dari Partai Republik dan segelintir akun pendukung Trump.

Seperti yang telah diduga, sedikit sekali yang meresponnya selain para loyalis garis keras Trump.

Limitasi Kekuatan Destruksi Trump

Sejak hengkang dari Gedung Putih, pesan-pesan yang disampaikan oleh Trump sudah semakin tidak terdengar oleh khalayak umum.

Padahal ketika masih menjadi presiden, Trump sering menggunakan media sebagai “senjata” untuk menyebarkan pesan-pesan bernada provokasi dan kebencian. Hal tersebutlah yang menyebabkan dirinya diblokir oleh berbagai media sosial.

Selain karena faktor blokir media sosial, berakhirnya masa jabatan Trump sebagai Presiden AS menyebabkan ia tidak lagi memiliki akses kepada pers, jubir, atau staf Gedung Putih yang dapat menyuarakan berbagai macam provokasinya.

Dengan tidak lagi menjadi orang terpenting di dunia pula, ucapan-ucapan Trump menjadi tidak relevan dan berpengaruh lagi terhadap situasi nasional maupun internasional.

Pada akhirnya, Trump kehilangan akses kepada kemudahan untuk menyebarkan ucapan hingga umpatannya ke seluruh dunia. Sekarang, dengan memanfaatkan email dan orang-orang terdekatnya saja, Trump berubah menjadi warga lansia AS biasa yang punya kebiasaan marah-marah

Trump Masih Eksis 

Meskipun demikian, kecilnya suara Trump di media sosial tidak bisa dipandang sebagai bentuk kejatuhannya. Dilansir dari Aljazeera, 81 persen pemilih di basis Partai Republik tetap memiliki pandangan positif terhadap Presiden AS ke-45 tersebut.

Kaum elite republik di Kongres sendiri memang sudah gerah terhadap Trump, tetapi sikap anti-Trump hampir dipastikan akan segera dibalas oleh kemarahan Trump dan pendukungnya yang kuat sehingga memaksa elite-elite tersebut untuk memilih dua opsi: “tunduk” kepada Trump atau dilengserkan.

Pemimpin DPR (House of Representative) AS Kevin McCarthy yang awalnya anti-Trump berhasil ditekan untuk kembali pro-Trump. Sementara itu, orang ketiga di pimpinan Partai Republik Liz Cheney juga diperkirakan akan dilengserkan dari kepemimpinan partai.

Harus diakui, ngaruh Trump di Partai Republik masih terlalu besar untuk dikatakan “meredup”. Citra Trump sebagai orang populis menjadikannya sangat berbahaya bagi elite-elite republikan. Namun, selama ia belum memiliki jabatan apapun yang berpengaruh secara nasional, tampaknya ia akan menjadi tong kosong.

Isolasi Trump dari media sosial memang membatasi pengaruh Trump secara luas, tetapi ia masih punya pengaruh signifikan di kalangan republikan.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *